Wednesday 27 August 2014

#158 The Running Dream by Wendelin Van Draanen

Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Wendelin Van Draanen
Penerbit : Knopf Books for Young Reader
Tebal : 352 halaman
ISBN : 978-375-596-79-8
Genre : Young Adult

Format : ebook
Status : -
Periode Baca : 10/08/2014 - 17/08/2014

Blurb : Winner of the 2012 Schneider Family Book Award

Jessica thinks her life is over when she loses a leg in a car accident. She's not comforted by the news that she'll be able to walk with the help of a prosthetic leg. Who cares about walking when you live to run?

As she struggles to cope with crutches and a first cyborg-like prosthetic, Jessica feels oddly both in the spotlight and invisible. People who don't know what to say, act like she's not there. Which she could handle better if she weren't now keenly aware that she'd done the same thing herself to a girl with CP named Rosa. A girl who is going to tutor her through all the math she's missed. A girl who sees right into the heart of her.

With the support of family, friends, a coach, and her track teammates, Jessica may actually be able to run again. But that's not enough for her now. She doesn't just want to cross finish lines herself—she wants to take Rosa with her.

Review

Bagi Jessica Carlisle lari dari kenyataan adalah hidupnya. Ia adalah salah satu atlet terbaik di sekolahnya. Bahkan ia sudah merencanakan untuk meraih beasiswa untuk kuliah melalaui olahraga lari yang ditekuninya.

Tapi semua itu musnah ketika ia mengalami tabrakan oleh sebuah bus yang meluncur masuk ke dalam lintasan lari di SMUnya. Lucy, rekan setimnya meninggal dunia sementara Jessica harus mengalami amputasi kaki sebelah kirinya. Dunia Jessica lumpuh seketika. Ia tidak dapat berlari lagi sekarang.

Dan kini Jessica harus menerima kenyataan kalau ia harus menggunakan kaki palsu layaknya robot. Belum lagi ternyata kedua orangtuanya sudah menggadaikan rumah mereka untuk biaya pengobatan dan kaki palsu Jessica yang cukup mahal. Orangtua Jessica tak mempunyai asuransi yang bisa membantu menutupi biaya pengobatannya. Pelaku penabrak Jessica pun tak punya asuransi kesehatan, bahkan ia tidak bekerja di perusahaan yang bisa membantu biaya pengobatan Jessica. Pelaku tersebut bekerja sendiri dan serabutan.

Sekolah pun tak luput menyisakan masalah bagi Jessica. Ketidakhadirannya selama sebulan di sekolah akibat proses pemulihan pasca operasi tidak membuat Ms. Rucker, guru matematika Jessica berbaik hati  memberi kelonggaran bagi Jessica untuk tidak menyelesaikan segala tugas sekolah selama ia tidak hadir. Gebetan Jessica, Gavin Vance, pun kini sudah jadian dengan Merryl, teman satu tim Jessica.

Meski Fiona, sahabatnya terus memberi dukungan bahkan membantu Jessica mengikuti segala ketertinggalannya selama ia sakit, Jessica tetap merasa hidupnya sudah tak lengkap lagi. Ia merasa hampa dengan kenyataan bahwa ia sekarang harus bisa menerima kalau ia tidak bisa berlari lagi. Kenyataan kalau ia hanya memiliki satu kaki.

Yang lebih parah, di kelas Matematika, Ms. Rucker meminta Jessica untuk duduk di samping Rosa Brazzi, salah satu murid dengan kebutuhan khusus di sekolah mereka. Permintaan tersebut semakin menegaskan disabilitas Jessica. Tapi saat itulah Rosa mengubah pandangan Jessica akan kecacatan yang dialaminya.

Rosa mengajarkan Jessica untuk tidak memandang kecacatannya sebagai sebuah keterbatasan. Rosa mengajarkan Jessica bahwa para kaum disabilitas butuh untuk dipandang sebagai diri mereka secara utuh bukan diri mereka dari sudut pandang kekurangan mereka. Pelajaran lain juga datang dari seluruh tim lari Jessica. Pelajaran bahwa masih banyak orang-orang baik di dunia ini yang bersedia membantu sesama.

My Thought

Sebenarnya buku ini saya pilih untuk baca bareng BBI tema Sicklit bulan Juni atau Juli gitu deh. Tapi... saya lupa buat reviewnya. Jadi ya baca ulang bukunya.

The Running Dream adalah buku yang wajib dibaca oleh siapa saja khususnya bagi para remaja dan mereka-mereka yang suka meremehkan genre Young Adult.

Untuk ukuran buku YA yang biasanya didominasi oleh kisah cinta, The Running Dream amat sangat kekurangan cerita cinta. Sebagaian besar ceritanya difokuskan pada rasa depresi yang dialami Jessica, perjuangannya untuk berdamai dengan kenyataan hidup dan pesahabatan barunya dengan Rosa.

Mengenal Rosa yang seorang penderita Cerebral Palsy membuat Jessica sadar kalau kecacatan yang dialaminya tidak sebanding dengan yang dialami Rosa. Rosa bahkan tak mengeluh akan kondisinya. Padahal dengan Cerebral Palsy yang dialaminya Rosa sangat boleh protes akan kondisinya. Cerebral Palsy adalah suatu kondisi dimana Otak Besar mengalami kelumpuhan sejak lahir sehingga penderitanya mengalami kesulitan untuk mengendalikan motorik dan gangguan fungsi saraf lainnya sehingga menyebabkan penderitanya harus berada di kursi roda untuk menopang segala aktivitas motoriknya. Bahkan untuk berbicara saja sulit dimengerti. Dan hal tersebut yang dialami oleh Rosa.

Keterbatasan fisik yang dialami Rosa membuat kenyataan kalau ia seorang jenius matematika menjadi terabaikan. Jessica pun baru menyadari kalau Rosa sangat pintar dalam urusan matematika ketika Rosa menaawarkan diri untuk mengajari Jessica menjelang tes yang diberikan Ms. Rucker. Rosa juga yang membuat Jessica berpikir alasan sesungguhnya mengapa ia begitu mencintai lari.

Persahabatan baru mereka membuka mata Jessica bahwa orang yang mempunyai kekurangan seperti dirinya pun punya kesempatan untuk membantu orang-orang seperti Rosa. Toh, selama ada niat dan kerja keras tidak ada hal yang mustahil diwujudkan. Termasuk mengajak Rosa ikut lari bersama kursi rodanya dalam lomba lari yang digelar di kota mereka.


Moment yang paling bikin nyess di buku ini waktu Jessica lari sambil mendorong Rosa yang duduk diatas kursi roda, bersama Fiona, Mario, dan Gavin. Tinggal beberapa mil lagi, tapi Jessica sudah sangat lelah dan kakinya mulai kesakitan. Tapi melihat banyaknya dukungan masyarakat untuknya dan Rosa membuat Jessica terpacu untuk tetap berlari hingga garis akhir.

Quotes favorit saya dibuku ini :

"So what, in a nutshell, is the cause Jessica and Rosa are running for? Quite simply, it’s to have people see them, not their condition. That’s all anybody with a disability wants. Don’t sum up the person based on what you see, or what you don’t understand; get to know them.”

Rate

  • 2 untuk Fiona, sahabat sejati
  • 1 untuk Rosa
  • 1 untuk seluruh tim lari 




@ Medan
19082014


1 comment:

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...