Monday 12 January 2015

#186 Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq

Sub Judul : -
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books (Mizan Group)
Tahun Terbit : 2014 (pertama kali terbit pada 2014)
Tebal : 332 
ISBN : 978-602-7870-4103
Genre :  Young Adult

Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Bandung, Indonesia

Periode Baca : 04/01/2015 - 04/01/2015
Rating : 4/5

Blurb :"Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja" (Dilan 1990)

"Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang itu akan hilang." (Dilan 1990)

"Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli." (Milea 1990)

Review

Sudah cukup lama buku ini jadi incaran saya. Tapi nggak pernah tergerak untuk membelinya setiap kali ke toko buku. Alasannya klasik : takut ntar ternyata buku ini nggak seheboh yang dibilangin orang. Ekspektasi tinggi sudah saya buat untuk buku ini hanya dari membaca review teman-teman.  Bahkan saya sempat memasukkan buku ini dalam wishlist Secret Santa 2014. Dan.. ketika kemarin di toko buku saya iseng mengambil buku ini karena buku inceran penulis favorit saya belum juga masuk, dari pada pulang dengan tangan kosong, buku ini pun saya beli. Jangan tanya apakah buku ini langsung saya baca. Tentu saja masuk dalam timbunan dulu.

Akhirnya ketika jadwal jaga malam tiba, saya putuskan untuk menjadikan buku ini sebagai teman jaga malam. Dan... buku ini sukses membuat saya dipelototi oleh perawat dan bidan jaga malam serta para pasien karena saya ngakak terlalu keras di kamar jaga ._.

***

Ini adalah cerita tentang dua orang anak muda, abege yang tak labil pada tahun 1990 di kota Bandung. Milea, murid baru di salah satu SMU di Bandung tiba-tiba didatangi oleh murid cowok satu sekolahnya yang mengaku sebagai peramal dan meramalkan pertemuan mereka berikutnya akan terjadi di kantin sekolah. Menurut teman-teman sekelasnya cowok itu anggota geng motor yang suka membuat keributan.

Akhirnya ketika upcara bendera hari Senin tiba, Milea mengetahui nama cowok itu. Namanya Dilan. Dan di pagi hari itu dia dihukum karena ikut barisan kelas Milea bukan di barisan kelasnya sendiri. Tak hanya itu, Dilan juga sering menyelinap ke kelas Milea dan mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung hingga akhirnya ketahuan oleh guru dan ia diusir keluar.

Tapi hei.. Dilan bukanlah anak geng motor yang bisanya membuat onar. Ia pintar dan masih menghormati guru. Meski guru yang dihormatinya hanyalah guru yang menurutnya memang pantas untuk dihormati. Bukan seperti Pak Suripto yang suka menggunakan kekerasan pada para murid.

Di hari ulang tahun Milea, Dilan memberikan kado istimewa yang tak sembarangan orang bisa terpikir untuk memberikannya. Dilan memberikan buku TTS yang telah diisi dengan alasan tak ingin membuat Milea pusing mengisinya sebagai hadiah ulang tahun Milea. Dilan juga sering memberikan coklat pada Milea yang dititip lewat tukang sayur dan tukang-tukang yang lain yang lewat di depan rumah Milea. Atau.. bagaimana Dilan menelepon ke rumah Milea, si Bibi yang mengangkat telepon itu dan Dilan malah mengobrol dengan si Bibi dengan alasan tak ingin membangunkan Milea yang sedang tidur. Ah.. Dilan... Dia selalu bisa membuat orang merasa istimewa lewat cara-cara yang tak biasa.

My Thought

Ekspektasi tinggi saya ternyata tak salah untuk buku ini. Terbukti saya berhasil menamatkannya hanya dalam waktu satu malam. Iya, di waktu jaga malam itu. Dengan tebal yang hanya 332 halaman itu terasa sangat singkat untuk cerita konyol, menghibur tapi di beberapa bagian bisa membuat saya sebagai pembaca senyum-senyum tak karuan dan tersipu malu.

Mengambil setting di kota Bandung pada tahun 1990, hawa sejuk kota Bandung nyaris terasa di buku ini *ah itu karena kamu baca buku ini di depan kipas angin kali Put* deskripsi beberapa tempat ditampilkan cukup jelas membuat pembaca bisa membayangkan seperti apa kota Bandung pada jaman 1990. Pemilihan setting pada tahun 1990 pun terasa tepat karena pada tahun itu teknologi tidak seperti sekarang ini. Manusia berkomunikasi seperti sudah selayaknya. Ngobrol lewat telepon atau saling bertandang ke rumah satu sama lain. Komunikasi yang melibatkan emosi. Jadi walaupun ceritanya ringan tapi emosi para karakternya dapat tertangkap dengan baik.

Pokoknya buku ini pantes deh untuk dibaca. Khususnya buat mereka-mereka yang sedang galau-galau tak menentu dijamin buku ini bisa bikin ngakak.


@ Medan
10012015

1 comment:

  1. Hahahahahaa Pidi Baiq is the best! Ga ada duanya..(Suwer! :p) Saya baca sejak msh di blog dan sekarang menanti dilan ke dua.. Saya ngefans sama band dia jaman msh es em a.. Hadeuh..

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...