Sunday 23 September 2012

#55 Memory and Destiny by Yunisa KD


Oke... Hhhmmm.... Dari mana saya akan mereview buku ini? *nggak bisa narik nafas panjang karena debu vulkanik sedang banyak-banyaknya* Oh iya, sebelum membaca review ini, saya cuma mau mengingatkan kalau review ini panjang dan biasa aja sih isinya...

Lega adalah perasaan pertama yang saya rasakan ketika telah menyelesaikan buku ini. Bukannya tidak menikmati cerita di dalamnya tapi lebih karena akhirnya saya berhasil membaca buku yang kabarnya sempat mengguncang dunia Goodreads Indonesia sehingga seorang reviewer menghapus reviewnya untuk buku ini *lirik yang merasa*

"Bagaimana kalau sebenarnya jodohmu bukan dia? Dan sebenarnya kalian, maksudku, kau dan belahan jiwamu belum dipertemukan oleh Tuhan?"

Pertanyaan singkat itu berhasil membuat galau seorang calon pengantin pria tepat di hari pernikahannya. Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang best man, orang yang seharusnya bertugas untuk menenangkan keraguan sang calon pengantin pria itu malah berbalik arah membuat calon pengantin mempertanyakan kembali tindakannya.

Sayang, pernikahan itu tidak pernah terjadi. Kecelakaan hebat menewaskan calon pengantin perempuan dan calon pengantin pria dalam keadaan koma selama berminggu-minggu. Di sudut lain kota Inggris, tepatnya di Kompleks Westminter Abbey, seorang gadis kecil yang sedang menikmati keindahan Westminter Abbey mendapatkan teman barunya. Pria muda nan tampan yang mengenakan tuksedo putih dengan bunga tersemat di dada kirinya. Tanpa diduga si pria begitu setia pada si gadis kecil. Ia bahkan mengikuti si gadis kecil hingga ke Indonesia dan membantunya beradaptasi baik terhadap lingkungan maupun dalam hal pelajarannya. Mereka begitu kompak. Tapi, kata orang, pria itu hanyalah imaginary friends si gadis kecil.

Sekian waktu berselang, pria itu tak pernah muncul kembali dalam hidup si gadis kecil. Gadis kecil itu pun telah menjelma menjadi gadis cantik yang menjadi dambaan para lawan jenisnya. Gadis itu bernama Maroon. Nun jauh di kota London, pria yang mengalami kecelakaan di hari pernikahannya itu kini telah sadar dari koma panjang. Hal pertama yang ditanyakan kepada kedua orangtuanya adalah "Mama, Papa, kalian tahu di mana Maroon?"

Siapa bisa menduga jika sebenarnya mereka saling terhubung? Namun takdir memiliki keputusan sendiri kapan keduanya bertemu meski memakan waktu hingga hitungan tahun. Ketika mereka bertemu, ternyata takdir masih menyimpan kejutan. Ada sosok lain hadir diantara mereka yang percaya ia ditakdirkan untuk bersama dengan salah satu diantara mereka.

Cerita yang menarik bukan?

Ya... ide ceritanya memang menarik. Namun ada beberapa hal yang perlu dicermati di setiap lembarnya. Awalnya saya percaya, sekian banyak reviewer yang berhasil gilang gemilang menemukan hal-hal yang dirasa kurang tepat sehingga saya pasti tak menemukan hal-hal yang kurang tepat ganjil tersebut. Ternyata saya salah besar. Masih ada (sisa-sisa) keganjilan yang bisa saya kutip.

"Gadis kecil itu merasa pria di depannya adalah sosok asli boneka Ken yang menjadi pasangan Barbie, boneka kesayangannya." (p. 13)
Gadis kecil itu baru berumur 10 tahun. Wajar jika ia punya boneka Barbie dan Ken. Namun membayangkan sosok pria dewasa sebagai sosok asli bonekanya perlu diacungi semua jempol (empat jempol tangan dan kaki si gadis kecil, empat jempol tangan dan kaki penulis review ini, empat jempol tangan dan kaki pembaca review ini) buat gadis kecil itu. Luar biasa imajinasinya. Membayangkan sosok yang jauh lebih tua dari usianya sebagai sosok asli bonekanya. TOP MARKOTOP!!! Saya jadi bertanya-tanya mengapa saya sewaktu seumur gadis kecil itu tak mampu membayangkan boneka Ulil yang kakinya warna-warni imut menggemaskan dan banyak itu sebagai seekor Anaconda *mikir serius*

Cerita ini mengambil lokasi di tiga negara dua benua. Inggris, Indonesia, dan Singapura. Yang membingungkan, mengapa Maroon yang besar di London lantas kembali ke Indonesia harus bersusah payah mengikuti pelajaran di sekolah karena bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia sedangkan Maroon tak begitu lancar berbahasa Indonesia. Jika memang ada rencana kembali ke Indonesia, mengapa sedari awal orangtua Maroon tak membiasakan berbahasa Indonesia dengan Maroon selama di Inggris? Kalau memang orangtua Maroon biasa berbahasa Indonesia dengannya, mengapa sewaktu di Indonesia mereka memasukkan Maroon ke sekolah biasa? Kenapa tidak ke international school yang notabene bahasa pengantarnya bahasa Inggris. Jadi Maroon tak perlu begitu susahnya berbahasa Indonesia. Contoh dong Cinta Laura. Dia tuh nggak lancar bahasa Indonesia tapi dia sekolah di international school.

"Yah, siapa yang tidak ngeri kalau anaknya melihat seorang pemuda yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, apalagi pemuda itu mengenakan jas putih seperti layaknya jenazah yang disemayamkan di negeri Inggris?" (p. 34)
 Si pria itu 'kan diceritakan di awal mau menghadiri acara pernikahannya sendiri makanya bertuksedo putih. Mengapa konteks jas putih itu malah mengacu ke jenazah bukannya ke calon pengantin? Sedih juga saat membaca kalimat tersebut. Bukankah berarti yang memakai jas putih itu tampak seperti mayat? *menatap pilu ke arah jas putih yang tergantung di dinding*

"Keahlian khusus? Apa ya? Membedah mayat? Hahaha, mana mungkin kutulis seperti itu." (p. 41) Bedah mayat? Masyarakat awam memang mengenal Ilmu Forensik dengan sebutan Bedah Mayat. Seharusnya Maroon yang (katanya) calon dokter itu sudah fasih dengan istilah medis bukan malah membiasakan diri menggunakan bahasa awam. Kan calon dokter. Malu dong kalau nggak terbiasa bicara istilah medis.

"Wiro juga berpikiran sama denganku. Begitu dia kenal kamu, dia teringat dokter Don. Sementara aku, begitu melihat dokter Don, aku teringat kamu! Itu kan berarti there is something about you two.." (p. 52)
Kalau gara-gara satu profesi atau kemiripan yang lain dan langsung ada sesuatu diantara mereka, berarti jodoh itu nggak jauh kemana-mana dong? Hhhhmmmm... curhat dulu ya... Dulu tuh ya saya pernah punya teman yang namanya PUTRALISASI BUNGSU (bener ini nama aslinya) dan dipanggil dengan nama Putra. Sedangkan saya namanya Putri. Berarti??? *langsung mandi kembang tujuh rupa yang airnya diambil dari tujuh aliran sungai* *amit-amit cabang bayi kalau sempat kejadian, soalnya udah nggak berstatus single lagi* *ingat single, jadi ingat kejadian bapak-bapak beberapa hari lalu* *pukpuk si bapak*

One man, one soundtrack adalah salah satu hal yang paling menonjol di buku ini. Donald punya lagu tetap "Sunday Morning"nya Marron 5. Yang terinspirasi dari nama Maroon. Bahkan saking terinspirasinya Donald dengan nama Maroon, hampir semua kemejanya dan warna favoritnya menjadi Maroon. Sementara David, punya lagu kebangsaan "Umbrella"nya Rihana. Semua lagu itu selalu saja berputar-putar di hidup mereka. Apa pun kondisinya lagu ini selalu saja mewarnai perjalanan masing-masing tokohnya. Uuummm... selama saya membaca dan menulis review ini sambil berselang-seling ber-BBM ria, ringtone untuk new message BBM saya yaitu Pasangan Jiwa-nya Kla Project. Setelah dipikir-pikir lirik lagunya sepertinya tepat buat soundtrack saya untuk buku ini. Jadi setiap saya melihat buku ini saya langsung teringat pada lagu Pasangan Jiwa begitu juga sebaliknya. Setuju kan?

 Begitu ingin berbagi batin
Mengarungi hari yang berwarna
Di mana dia pasangan jiwaku
Ku mengejar bayangan, kian menghilang

Tapi masalahnya lagu itu keren dan syahdu banget. Nggak ikhlas rasanya mengasosiasikan lagu sekeren itu dengan buku ini. Walaupun setelah liriknya dilihat-lihat sesuai sih dengan ide dan jalan cerita buku ini. Tapi...

Dengan begitu banyaknya kata "destiny" muncul dibuku ini, saya jadi kepikiran kalau buku ini sebenarnya tidak tepat diberi judul MEMORY and DESTINY tapi lebih tepatnya diberi judul MENGEJAR DESTINY yang jumlah kata destiny-nya... saya nggak ngitung. Males.

Oke, jadi berapa rating untuk buku ini? Satu rating saya berikan untuk covernya yang enak dipandang mata karena berwarna biru dan gambar Westminter Abbey yang berkilauan karena cahaya lampu dengan tidak memandang sosok laki-laki berjas hitam yang tiba-tiba muncul disitu. Merusak pemandangan keindahan Westminter Abbey saja.

Penulis : Yunisa KD
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 264 halaman
Kategori :Contemporary Romance
ISBN : 9789792256581


4 comments:

  1. review yg men'cerah'kan... ga nyangka. lol.

    ReplyDelete
  2. Itu buku kalo dicermatin sjak halaman prtama wktu prtama aq baca smbil bwa buku ctt psti sudah sgambreng sja hal2 kcil ganjil yg btbaran dmana2 d spnjang buku *stress*

    Selamat datang d kumpulan klub pmbaca tnpa otak prima :)

    ReplyDelete
  3. Itu buku kalo dicermatin sjak halaman prtama wktu prtama aq baca smbil bwa buku ctt psti sudah sgambreng sja hal2 kcil ganjil yg btbaran dmana2 d spnjang buku *stress*

    Selamat datang d kumpulan klub pmbaca tnpa otak prima :)

    ReplyDelete
  4. Wah jadi penasaran pengen baca bukunya...*Eh pengen ngitung kata Destiny-nya :)

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...