Setiap orang pasti pernah mendengar petuah "kehidupan itu bagaikan roda. Kadang berada diatas, namun pasti akan datang masanya untuk berada di bawah." Itulah yang dialami Tita. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara tiba-tiba ia harus memikul tanggung jawab besar. Membiayai keluarga sementara ia sendiri belum punya pekerjaan karena baru lulus kuliah.
Papa tiba-tiba menjadi tersangka kasus korupsi dan saat ini harus mendekam selama enam bulan di penjara menanggung perbuatan yang tak dilakukannya. Mama yang depresi melihat kondisi Papa terpaksa harus dirawat di panti perawatan. Nena, sang adik, mogok sekolah karena malu menerima ejekan sebagai anak seorang koruptor. Pada siapa Tita bisa bersandar? Om Anto, adik Papa, sudah mendapat surat peringatan dari kantor karena terlalu sering absen dari pekerjaannya untuk membantu keluarga Tita. Rumah satu-satunya tempat berteduh, harus disita negara guna membayar ganti rugi. Sahabat masa kuliah mendadak amnesia dan tidak mengenalnya lagi. Pacar? hilang tanpa jejak sejak Papa ditetapkan sebagai tersangka korupsi.
Dengan bantuan Jodik, kenalan Papa sejak lama Tita melewati semuanya. Tapi ternyata Jodik menyimpan maksud dalam tindakannya. Ia menagih balas atas semua bantuannya dalam bentuk yang tak terbayangkan Tita.
Papa tiba-tiba menjadi tersangka kasus korupsi dan saat ini harus mendekam selama enam bulan di penjara menanggung perbuatan yang tak dilakukannya. Mama yang depresi melihat kondisi Papa terpaksa harus dirawat di panti perawatan. Nena, sang adik, mogok sekolah karena malu menerima ejekan sebagai anak seorang koruptor. Pada siapa Tita bisa bersandar? Om Anto, adik Papa, sudah mendapat surat peringatan dari kantor karena terlalu sering absen dari pekerjaannya untuk membantu keluarga Tita. Rumah satu-satunya tempat berteduh, harus disita negara guna membayar ganti rugi. Sahabat masa kuliah mendadak amnesia dan tidak mengenalnya lagi. Pacar? hilang tanpa jejak sejak Papa ditetapkan sebagai tersangka korupsi.
Dengan bantuan Jodik, kenalan Papa sejak lama Tita melewati semuanya. Tapi ternyata Jodik menyimpan maksud dalam tindakannya. Ia menagih balas atas semua bantuannya dalam bentuk yang tak terbayangkan Tita.
^_^ ^_^
Namanya juga metropop. Tentu saja ceritanya dikemas dengan ringan. Tak terkecuali buku ini. Ringan dan tanpa konflik yang terlalu berbelit-belit. Penokohannya pun tak terlalu banyak. Pekerjaan sebagai arsitek yang dilakoni kedua tokoh utama pun tidak lantas membuat buku ini sarat dengan istilah-istilah arsitektur yang asing bagi orang yang awam akan dunia arsitektur.
Jujur saya agak terkejut saat membaca buku ini karena dalam buku ini kontak fisik antara tokoh utama cewek dan cowok cukup minim. Sulit untuk menemukan hal yang seperti itu. Belum lagi karakter tokoh yang ditampilkan, sangat menghormati kedua orangtua dalam porsi yang tidak berlebihan sehingga karakter-karakter tokohnya tidak too good to be true.
Kutipan yang saya sukai dalam buku ini yang (juga) jarang saya temui di buku-buku sejenis ini, yaitu :
Tentang cover, covernya sederhana saja. Ilustrasi cewek berpayung merah. Tapi entah kenapa saya kurang sreg dengan covernya yang seperti menegaskan sosok wanita karirer yang mapan, yang bisa diinterpretasikan sebagai perwujudan dari Tita. Tapi masalahnya Tita 'kan digambarkan sedang kerepotan menghadapi segala cobaan yang datang tak berhenti, agak tidak tepat rasanya bila sosoknya digambarkan sebagai wanita mapan. Ya sudahlah... mungkin interpretasi saya yang berlebihan . Yang pasti saya tidak kapok membaca tulisan-tulisan mbak Retni SB yang lain.
Jujur saya agak terkejut saat membaca buku ini karena dalam buku ini kontak fisik antara tokoh utama cewek dan cowok cukup minim. Sulit untuk menemukan hal yang seperti itu. Belum lagi karakter tokoh yang ditampilkan, sangat menghormati kedua orangtua dalam porsi yang tidak berlebihan sehingga karakter-karakter tokohnya tidak too good to be true.
Kutipan yang saya sukai dalam buku ini yang (juga) jarang saya temui di buku-buku sejenis ini, yaitu :
"Kalau pacar cuma bikin stress, mungkin suami bisa bikin tenang dan aman." (p. 244)
"Aku nggak pengin pacaran. Aku pengin menikah. Supaya lebih leluasa ngapa-ngapain." (p. 55)
Tentang cover, covernya sederhana saja. Ilustrasi cewek berpayung merah. Tapi entah kenapa saya kurang sreg dengan covernya yang seperti menegaskan sosok wanita karirer yang mapan, yang bisa diinterpretasikan sebagai perwujudan dari Tita. Tapi masalahnya Tita 'kan digambarkan sedang kerepotan menghadapi segala cobaan yang datang tak berhenti, agak tidak tepat rasanya bila sosoknya digambarkan sebagai wanita mapan. Ya sudahlah... mungkin interpretasi saya yang berlebihan . Yang pasti saya tidak kapok membaca tulisan-tulisan mbak Retni SB yang lain.
Judul : My Partner
Penulis : Retni SB
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.