Wednesday 16 March 2016

Pesantren Impian | Movie Review

Judul : Pesantren Impian
Genre : Thriller
Pemain :Prisia Nasution, Dinda Kanya Dewi, Indah Permatasari, Fachri Albar 
Durasi : 89 menit
Sutradara : Ifa Isfansyah
Produser : Manoj Punjabi
Penulis Naskah : Asma Nadia
Adaptasi Dari : Pesantren Impian - Asma Nadia 

POSTINGAN INI SANGAT MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!!!

Review 

Yanti, Sissy, Rini, Butet, Inong, Eni / Dewi dan beberapa orang perempuan lainnya diundang ke Pesantren Impian untuk tinggal dan menjalani hidup baru. Mereka diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidup. Belajar agama dan meninggalkan hal-hal buruk yang dulu mereka lakukan. Di bawah bimbingan Ustadzah Hanum mereka belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hanya Eni yang datang membawa misi khusus. Ia datang untuk menangkap seorang pembunuh yang melakukan aksinya di Hotel Crystal, Jakarta.

Meski si pembunuh berhasil tertangkap tapi beruntun terjadi pembunuhan-pembunuhan lain yang menewaskan Tanti, Yanti, Ustadzah Hanum hingga Gus Budiman yang merupakan pemilik Pesntren Impian. Eni dan Umar, orang kepercayaan Gus Budiman, berjibaku mencari pembunuh yang sebenarnya sebelum semua nyawa orang yang ada di Pesantren Impian lenyap.

My Thought

Sejujurnya saya kecewa berat dengan film ini. Saya pikir film ini merupakan adaptasi dari buku dengan judul serupa. Ada banyak hal yang tidak sesuai antara buku dan film. Ketidaktepatan itu diantaranya :
  1. Pesantren Impian. Di buku : Pesantren Impian merupakan pesantren megah, modren, berfasilitas lengkap bahkan punya kolam renang terpisah untuk santri puta dan putri, tidak ada masalah listrik kapan pun itu, para santriwati setiap saat menggunakan jilbab. Di film : Pesantren Impian adalah pesantren yang kumuh, kalau malam listriknya mati dan hanya memakai penerangan lampu teplok, para santriwati bebas menggunakan jilbab atau tidak bisa juga hanya menggunakan selendang.
  2. Pemilik Pesantren. Di buku : Tengku Budiman, pengusaha yangcakap, sangat dermawan, tidak suka publisitas. Di film : Gus Budiman, duduk di kursi roda dan sakit-sakitan.
  3. Status Eni. Di buku : hanya relawan Pesantren Impian yang memberikan undangan kepada Eni, Umar, dan Tengku Budiman yang tahu kalau Eni seorang polisi. Di film : semua orang tahu kalau Eni seorang polisi.
  4. Korban Pembunuhan. Di buku : hanya Yanti yang menjadi korban. Di film : banyak korban!!
  5. Umar. Di buku : Umar adalah pengacara handal yang selalu kikuk bila berada di tempat ramai, hanya tersenyum tipis bila berpapasan dengan perempuan, sangat religius. Di film : Umar adalah lelaki biasa, pernah punya pacar yang seksi.

Yah... saya mengerti kalau seandainya perubahan besar itu tuntutan skenario atau tuntutan produser atau apalah itu. Tapi kalau sudah terlalu jauh melenceng dari buku rasanya tak tepat lagi kalau dibilang film tersebut merupakan adaptasi buku dengan judul yang sama.




4 comments:

  1. Filmnya bikin jantungan trs endingnya kenapa kayak gitu sihhhh... sebel!

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi inget mamak yang sepanjang film diputar merepet terus ya Lis karena gak sesuai antara buku dan film :))

      Delete
  2. Ah dulu pernah baca tapi lupa karena udah lamaaaaaaa banget, pas baca review ini baru sadar kenapa pas nonton kemarin kok ada yang janggal. Yang mati kan nggak banyak dan pesanternnya kan nggak jelek gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tuh kan... aku sempat kemaren ngiranya aku salah baca buku atau buku terbitan barunya yang berbeda dengan versi lama. Eh ternyata emang beda ceritanya :))

      Delete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...