Judul : A Walk To Remember
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Nicholas Sparks
Penerbit : Grand Central Publishing
Tahun Terbit : September 2000 (pertama kali terbit pada January 1999)
Tebal : 240 halaman
ISBN : 978-044-66-0895-4
Genre : Contemporary Romance, Young Adult
Format : mass market paperback
Status : punya sendiri
Periode Baca : 20/05/2014 - 22/05/2014
Blurb : There was a time when the world was sweeter… when the women in Beaufort, North Carolina, wore dresses, and the men donned hats… Every April, when the wind smells of both the sea and lilacs, Landon Carter remembers 1958, his last year at Beaufort High. Landon had dated a girl or two, and even once sworn that he’d been in love. Certainly the last person he thought he’d fall for was Jamie, the shy, almost ethereal daughter of the town’s Baptist minister… Jamie, who was destined to show him the depths of the human heart—and the joy and pain of living. From the internationally bestselling author Nicholas Sparks comes his most moving story yet…
Hidup Landon Carter berubah ketika usianya menginjak angka 18 tahun. Ia jatuh cinta pada gadis yang bahkan tak pernah diajaknya bicara. Sepanjang hidupnya ia memang mengenal gadis itu namun hanya karena ia dan gadis itu tumbuh bersama di kota kecil Beaufort, Carolina Utara.
Selama masa rmajanya Landon dikenal sebagai trouble maker dan anak seorang senator terkenal di Washington DC. Di akhir tahun seniornya di SMU Landon mengambil kelas drama hanya agar ia bisa bebas dari kewajiban bebas dan membuat tugas serta agar ia bisa bebas melakukan apa saja selama pelajaran berlangsung. Sayangnya kelas drama itu tidak sesantai yang dibayangkan Landon. Guru drama mereka dengan serius menggarap drama yang akan dipentaskan ketika musim Natal nanti. Drama yang mengisahkan tentang hidup seorang lelaki yang begitu kehilangan istrinya dan di malam Natal ia berusaha mencari kado Natal yang tepat untuk anaknya.
Di kelas drama itu pula Landon bertemu dengan Jamie Sullivan, putri tunggal pendeta Sullivan yang sering menjadi bahan ejekan oleh Landon dan teman-temannya. Hubungan pendeta Sullivan dan Senator Carter pun tak begitu baik. Dalam sidang jemaatnya Pendeta Sullivan cukup sering menyindir-nyindir Senator Carter bahkan anggota keluarga pendahulu Senator itu pun turut mencari bahan sindiran. Jamie sendiri adalah tipikal remaja putri yang baik budi. Ia pendiam namun aktif di berbagai kegiatan sosial di sekitar Beaufort. Ia pintar namun selalu membawa dan membaca Alkitab dimana pun ia berada. Dalam soal berpakaian, Jamie cukup konservatif. Ia tak pernah berpakaian terbuka dan selalu mengenakan sweater berwarna coklat di sekolah.
Jelas pertemuan dengan Jamie selalu berusaha dihindari oleh Landon. Ia tak ingin kredibilitasnya rusak akibat kedekatannya dengan Jamie dan ia tak ingin menjadi bahan tertawaan teman-temannya ketika mereka nongkrong bareng di Cecil's Dinner langganan mereka. Tapi ketika tak mendapatkan teman kencan untuk pesta dansa homecoming, Landon malah meminta Jamie untuk menjadi kencannya. Tentu saja Jamie bersedia menemani Landon. Ia bahkan membantu teman-teman London yang mabuk dan muntah akibat terlalu banyak minum alkohol pada pesta tersebut.
Merasa terutang budi, Landon tak bisa mengelak ketika Jamie memintanya untuk menjadi pemain utama di drama Natal mereka. Jamie juga meminta Landon untuk menemaninya ke panti asuhan untuk bermain bersama anak-anak panti. Awalnya Jamie merasa keberatan untuk menemani Jamie melakukan hal-hal tersebut namun seiring waktu ia mendapati Jamie bukanlah seperti yang ia dan orang lain bayangkan. Jamie tetaplah remaja putri yang punya selera humor, punya mimpi, dan keseharian yang sama dengan para remaja lainnya.
Tepat pada acara Natal di panti asuhan, Landon menyadari kalau ia sudah melanggar janji yang dibuatnya untuk Jamie sebagai syarat agar Jamie mau pergi ke pesta dansa homecoming. Saat itu dengan mudah Landon berjanji untuk tidak jatuh cinta pada Jamie namun kini ia melanggarnya. Kencan bersama Jamie sungguh berbeda dengan kencan Landon bersama gadis lainnya. Tempat kencan mereka juga hanya sebatas panti asuhan dan rumah pendeta Sullivan karena Jamie bukanlah gadis yang cocok untuk dibawa nongkrong di Cecil's Dinner.
Selepas tahun baru Landon mulai mendapati keanehan pada diri Jamie. Berat badannya turun drastis, ia tampak mudah lelah, dan di beberapa tempat di lengannya terdapat memar-memar berwarna ungu. Seiring waktu kesehatan Jamie makin menurun sehingga ia tidak lagi melanjutkan sekolah dan mulai mendapatkan perawatan di rumah. Pada saat itulah Landon mendapatkan jawaban atas doa-doanya untuk Jamie dan mengambil langkah besar yang akan mengubah hidup Landon selamanya.
My Thought
Sebenarnya membaca buku-buku Nicholas Sparks itu seperti guilty pleasure bagi saya karena saya tidak begitu suka pada cerita-cerita sad ending ataupun cerita yang endingnya "dipulangkan" kembali ke pembaca untuk menentukan sendiri endingnya. Sama seperti A Walk To Remember ini.
Beberapa kali saya sudah membaca buku ini dalam versi terjemahan bahasa Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama, namun baru kali ini saya membaca dalam versi bahasa Inggrisnya. Dan baru kali ini juga lah saya mengerti arti kalimat "A Walk To Remember" yang menjadi judul buku ini. Ternyata kalimat tersebut merujuk pada adegan dimana Landon menunggu Jamie di pelaminan. Langkah-langkah pelan, penuh perjuangan karena menahan rasa sakit milik Jamie itulah yang akan selalu dikenang Landon.
What I Loved
Di kelas drama itu pula Landon bertemu dengan Jamie Sullivan, putri tunggal pendeta Sullivan yang sering menjadi bahan ejekan oleh Landon dan teman-temannya. Hubungan pendeta Sullivan dan Senator Carter pun tak begitu baik. Dalam sidang jemaatnya Pendeta Sullivan cukup sering menyindir-nyindir Senator Carter bahkan anggota keluarga pendahulu Senator itu pun turut mencari bahan sindiran. Jamie sendiri adalah tipikal remaja putri yang baik budi. Ia pendiam namun aktif di berbagai kegiatan sosial di sekitar Beaufort. Ia pintar namun selalu membawa dan membaca Alkitab dimana pun ia berada. Dalam soal berpakaian, Jamie cukup konservatif. Ia tak pernah berpakaian terbuka dan selalu mengenakan sweater berwarna coklat di sekolah.
Jelas pertemuan dengan Jamie selalu berusaha dihindari oleh Landon. Ia tak ingin kredibilitasnya rusak akibat kedekatannya dengan Jamie dan ia tak ingin menjadi bahan tertawaan teman-temannya ketika mereka nongkrong bareng di Cecil's Dinner langganan mereka. Tapi ketika tak mendapatkan teman kencan untuk pesta dansa homecoming, Landon malah meminta Jamie untuk menjadi kencannya. Tentu saja Jamie bersedia menemani Landon. Ia bahkan membantu teman-teman London yang mabuk dan muntah akibat terlalu banyak minum alkohol pada pesta tersebut.
Merasa terutang budi, Landon tak bisa mengelak ketika Jamie memintanya untuk menjadi pemain utama di drama Natal mereka. Jamie juga meminta Landon untuk menemaninya ke panti asuhan untuk bermain bersama anak-anak panti. Awalnya Jamie merasa keberatan untuk menemani Jamie melakukan hal-hal tersebut namun seiring waktu ia mendapati Jamie bukanlah seperti yang ia dan orang lain bayangkan. Jamie tetaplah remaja putri yang punya selera humor, punya mimpi, dan keseharian yang sama dengan para remaja lainnya.
Tepat pada acara Natal di panti asuhan, Landon menyadari kalau ia sudah melanggar janji yang dibuatnya untuk Jamie sebagai syarat agar Jamie mau pergi ke pesta dansa homecoming. Saat itu dengan mudah Landon berjanji untuk tidak jatuh cinta pada Jamie namun kini ia melanggarnya. Kencan bersama Jamie sungguh berbeda dengan kencan Landon bersama gadis lainnya. Tempat kencan mereka juga hanya sebatas panti asuhan dan rumah pendeta Sullivan karena Jamie bukanlah gadis yang cocok untuk dibawa nongkrong di Cecil's Dinner.
Selepas tahun baru Landon mulai mendapati keanehan pada diri Jamie. Berat badannya turun drastis, ia tampak mudah lelah, dan di beberapa tempat di lengannya terdapat memar-memar berwarna ungu. Seiring waktu kesehatan Jamie makin menurun sehingga ia tidak lagi melanjutkan sekolah dan mulai mendapatkan perawatan di rumah. Pada saat itulah Landon mendapatkan jawaban atas doa-doanya untuk Jamie dan mengambil langkah besar yang akan mengubah hidup Landon selamanya.
My Thought
Sebenarnya membaca buku-buku Nicholas Sparks itu seperti guilty pleasure bagi saya karena saya tidak begitu suka pada cerita-cerita sad ending ataupun cerita yang endingnya "dipulangkan" kembali ke pembaca untuk menentukan sendiri endingnya. Sama seperti A Walk To Remember ini.
Beberapa kali saya sudah membaca buku ini dalam versi terjemahan bahasa Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama, namun baru kali ini saya membaca dalam versi bahasa Inggrisnya. Dan baru kali ini juga lah saya mengerti arti kalimat "A Walk To Remember" yang menjadi judul buku ini. Ternyata kalimat tersebut merujuk pada adegan dimana Landon menunggu Jamie di pelaminan. Langkah-langkah pelan, penuh perjuangan karena menahan rasa sakit milik Jamie itulah yang akan selalu dikenang Landon.
What I Loved
- Landon Carter. Mengambil PoV dari sudut pandang Landon membuat pembaca mengerti bagaimana isi pikiran dan perasaan Landon. Yang paling membuat saya terharu adalah ketika Landon menambahkan uang pribadinya pada uang sumbangan dari kotak-kotak amal yang disebar Jamie di setiap sudut kota. Uang yang terkumpul itu tidak cukup banyak untuk membeli hadiah-hadiah Natal bagi anak-anak panti asuhan. Landon tahu Jamie pasti kecewa, dan ia tak ingin melihat Jamie kecewa sehingga menambahkan uang pribadinya agar uang itu tercukupi.
- Jamie Sullivan. Terlepas dari hobinya membaca Alkitab dimana pun ia berada yang menjadikan Jamie menjadi bahan ejekan bagi teman-teman sebayanya, ada satu hal yang patut diacungi jempol. Ia siap untuk menghadapi kenyataan / vonis dokter yang mengatakan usianya tak lama lagi. Dan Jamie mngerti agar ia bisa dikenang selamanya adalah dengan berbuat banyak kebaikan yang pasti akan selalu dikenang masyarakat Beaufort.
What I Didn't Loved
- Cover versi film. Cover buku yang saya miliki adalah yang bergambar Mandy Moore dan Shane West. Oke sih dengan buku-buku bercover film. Tapi cover yang ini tidak begitu menarik perhatian. Masa covernya hanya mereka berdua bergandengan tangan lantas menoleh ke arah belakang. Akan jauh lebih bagus kalau cover bukunya diambil dari poster filmnya. Karena kesan romantisnya dapet gitu.
sumber : wikipedia.org |
Favorite Quotes
- “Well, you know it’s love when all you want to do is spend time with the other person, and you sort of know that the other person feels the same way.” (Chapter 11 - Landon to Jamie)
- "Love is always patient and kind. It is never jealous. Love is never boastful or conceited. It is never rude or selfish. It does not take offense and is not resentful. Love takes no pleasure in other people’s sins, but delights in the truth. It is always ready to excuse, to trust, to hope, and to endure whatever comes." (Chapter 12)
- “This isn’t about your family, or even about Reverend Sullivan, or anything that happened in the past. This is about our son, who happens to be in love with a little girl who needs our help. And you’re going to find a way to help her.” (Chapter 12 - Mrs. Carter to Mr. Carter)
Rate
- 1 untuk Landon Carter
- 1 untuk Jamie Sullivan
- 1 untuk ceritanya yang bikin nyesek
- 1 untuk drama Natal
@ Medan
22052014
Keren banget ceritanya. Cuma kalo bahasa inggris, nggak mau bacalah. nggak bisa bahasa inggris. nunggu terjemahan saja
ReplyDeletebukunya udah diterjemahkan kok ke dalam bahasa Indonesia. Yang nerbitin Gramedia. Coba aja cari bukunya :)
ReplyDeleteAku selalu nyesek kalo inget cerita buku ini, put. Padahal sebenernya gak sedih2 amat ya
ReplyDelete