Thursday 21 January 2016

Chit - Chat : "Saksi Ahli" Dalam Sebuah Buku

Saksi Ahli dalam sebuah persidangan adalah saksi yang hadir karena keahliannya terhadap suatu perkara, bukan karena sedang terlibat dalam suatu perkara yang sedang disidangkan. Lalu apa hubungannya antara saksi ahli dengan sebuah buku?

Dalam membaca sebuah buku kita sering menemukan beberapa hal, baik itu hal kecil maupun hal besar yang sering kali tidak tepat dengan pengetahuan kita. Dengan apa yang kita ketahui tentang hal tersebut. Masalahnya karena kita tahu hal yang terdapat dalam buku itu tidak tepat, kita sebagai pembaca bisa misuh-misuh terhadap hal tersebut. Pada tingkat yang paling ekstrim, ketidaktepatan itu bisa membuat kita malas melanjutkan bacaan. Jadi, saksi ahli dalam sebuah buku adalah pembaca yang mengetahui informasi yang benar tentang sesuatu yang keliru ditulis oleh penulis.

Ketidaktepatan yang sering muncul dalam sebuah buku, diantaranya :
  • informasi suatu lokasi
  • gejala dan terapi suatu penyakit
  • tindakan / istilah medis
  • kepangkatan dalam angkatan bersenjata / kepolisian

Lantas mengapa informasi keliru ini bisa terjadi? Penyebabnya sederhana saja. Penulis sebuah buku kurang melakukan riset terhadap bukunya. Atau si penulis menganggap hal tersebut kurang penting karena ia lebih berpegangan pada jalan cerita atau karakter tokohnya. Riset itu memegang peranan sangat penting dalam menulis sebuah buku, tapi tentu ada segelintir penulis yang enggan melakukannya. Padahal sebagaimana yang kita tahu, di era digital sekarang ini riset bisa dilakukan lewat dunia maya. Tinggal cari di mesin pencari lalu konfirmasi kebenarannya dengan yang ahli dan masukkan informasi tersebut dalam buku.

Beberapa contoh informasi keliru tentang suatu hal yang saya temui diantarnya : 
  1. Dalam buku Forgive To Forget dikatakan kalau si tokoh utama harus menjalani pembedahan kecil untuk mengetahui ada tidaknya bekas aspal atau kerikil yang terdapat dalam luka lecet di kaki si tokoh. Hal ini keliru banget karena yang namanya luka lecet itu tidak pernah membutuhkan sebuah pembedahan. Luka lecet hanya perlu dibersihkan dirawat lukanya.
  2. Dalam buku Hijrah dikatakan kalau si tokoh utama masuk rumah sakit karena Hemoglobinnya turun hingga poin lima. Disini ada sedikit kebingungan untuk menginterpretasikannya. Hb tersebut turun sampai lima poin (contoh dari Hb 13 turun lima poin jadi 9) ataukah Hbnya turun menjadi 5. Kalau Hbnya turun menjadi lima maka kelanjutan cerita si tokoh menjadi salah karena dia hanya dirawat beberapa hari. Sementara kalau Hemoglobin sudah mencapai angka segitu tindakan yang harus dilakukan adalah transfusi darah dan mencari penyebab dengan teliti, tidak hanya sekedar dirawat beberapa hari lalu pulang ke rumah dengan segar bugar.
  3. Dalam buku Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah (baca review saya disini) dikatakan kalau bapaknya si tokoh utama menjalani operasi transplantasi jantung di rumah sakit di Pontianak. Hal ini keliru banget karena operasi transplantasi jantung adalah operasi besar sekaligus rumit yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas bedah lengkap dengan para dokter spesialis dan subspesialis yang mampu melaksanakan tindakan transplantasi jantung, memiliki ruang rawat intensif super lengkap (ICU).
  4. Dalam buku Blind Date dikatakan kalau si tokoh utama sedang terbaring sakit dan saat ia memegang sesuatu di hidungnya dirinya pun tahu kalau selang itu adalah infus. Duh ya.... yang bener aja. Infus itu adanya di tangan, kaki atau kepala. Kalau yang di hidung itu adanya selang oksigen atau selang NGT (yang awam menyebutnya selang sonde). 
  5. Dalam buku Bidadari-Bidadari Surga, ada sebuah kalimat yang menyatakan kalau "PT Arun itu adalah perusahaan minyak" sementara hanya dengan bermodal Google saya mengetahui kalau PT Arun adalah perusahan gas bumi, bukan minyak. 

Tapi meski begitu ada banyak kok penulis yang mau melakukan riset untuk buku mereka. Penulis-penulis yang risetnya saya kagumi diantaranya :
  1. Moemoe Rizal untuk bukunya yang berjudul Bangkok. Moemoe Rizal mengatakan dalam bukunya untuk menulis "Bangkok" ia mengandalkan Google dan buku Lonely Planet yang punya informasi lengkap tentang Thailand. Dengan begitu detilnya Moemoe Rizal menulis tentang kota Bangkok dan sekitarnya, para pembaca seolah merasa begitu dekat dengan Bangkok.
  2. Suzanne Brockmann untuk serial Tall, Dak and Dangerous yang mengambil tokoh para Navy SEAL Amerika Serikat. Brockmann menulis dengan detil tentang kepangkatan, sistem gaji, bahkan Minggu Neraka yang dilalui para calon anggota Navy SEAL bahkan beberapa kali Brockmann berdiskusi dengan anggota Navy SEAL beneran untuk mendapatkan informasi yang akurat.
  3. Lindsay McKenna. Lindsay McKenna punya satu pola khusus dalam buku-bukunya. Ia mengambil tokoh yang bekerja di bidang militer menjadi tokoh utamanya. McKenna benar-benar mengkhususkan diri pada bidang military romance dan ia merupakan satu-satunya penulis fiksi militer perempuan yang melakukan acara penandatanganan buku di toko buku Pentagon. Dalam soal riset, McKenna beberapa kali ikut dalam pesawat tempur atau ikut melakukan kegiatan SAR untuk kepentingan penulisan bukunya.

Nah... kalau kamu apa saja hal keliru yang pernah kamu temui dalam sebuah buku? Ceritakan pada saya di kolom komentar ya?


source





15 comments:

  1. Aku nambahin daftar penulis yg risetnya mumpuni deh : Sitta Karina.
    Aku bukan fans dia sih, tapi pernah baca di blognya ttg tips writing. Dia bilang riset itu penting, bahkan untuk hal terkecil sekali pun. Sitta bilang dia riset ttg voli 2 minggu hanya untuk adegan yg muncul 1 paragraf di bukunya.
    Terus di novelnya kan banyak istilah2 bahasa latin ato jepang. Dia bayar translator profesional untuk menerjemahkan kalimat2 yg cuma sebaris2 itu. Dia gak mau mengandalkan google translate karena takut salah.
    Aku bukan fans sitta. Tapi aku respek banget sama penulis yang kayak gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow... salut yah.. hanya demi 1 paragraf Sitta ampe riset 2 minggu. Dan bener sih, kalau seandainya ada yang baca ngerti istilah Latin atau Jepang ngeliat ada yang gak tepat kan yang baca jadi lucu.

      Delete
  2. Memang ya Kak, riset itu penting. Authors yg sering kubaca bela-belain tanya ke veteran perang, anggota militer, tattoo artist, dsb. Soalnya kalo gaada riset yg bagus, dan pembaca bisa nge spot itu salah, kan jadi mengurangi kenikmatan membaca juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa.... ketidaktepatan informasi itu bisa bikin menurangi kenikmatan membaca. Kalau aku malah kepikiran hal itu dan lupa jalan ceritanya. Hehehe...

      Delete
  3. wihhh ingatannya si emak tajam yaaaa. yang kayak gini ini sering kelewat kalo evy yang baca haha. tapi pernah juga jumpa beberapa kasus salah data gitu, cuma udah lupa persisnya di buku mana. mungkin karena basic si pembaca pas nemu yang dokter beneran ya, jadi langsung ketahuan di mana salahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan ingetanku yang tajem vy, tapi emang kucatet atau kutandai sih bagian yang kurasa nggak tepat itu.

      Delete
  4. Ak baru baca ada yg seperti itu di salah satu buku. Menurutku kurang riset.
    Tapi.... Yang menyenangkan si penulia tdk masalah dikritik. Ia bahkan menyikapi dgn sangat bijak. Berapa orang penulia yg begitu? Sangat sedikit khan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu Mbak Tru... Aku respek banget sama penulis yang bersedia untuk riset dan penulis yang bersedia untuk dikritik.

      Delete
  5. Halo, salam kenal!

    Permisi, mau sharing pendapat ya Mba Putri ^^

    Saya setuju" saja dengan kekeliruan yang Mba contohkan tapi sedikit ragu untuk #3 dan #5. Memang info yang diberikan penulis tidak sesuai dengan dunia real yang ada saat ini (operasi transplatasi jantung tidak bisa diadakan di pontianak, PT Arun itu bukan perusahaan minyak), tapi saya kadang ragu apa ini bisa dianggap kesalahan atau tidak.

    Saya juga kadang menemukan hal2 seperti ini, tapi kalau bertemu dengan ganjalan setipe #3 dan #5 di novel fiksi, saya rasa penulis punya pembelaan bahwa itu bagian dari dunia fiksi yang sedang dia bangun. Kecuali untuk novel historis atau kontemporer dengan rentang waktu pilihan masa sekarang (Jan 2016) lalu jauh ke masa lalu (bukan masa depan yang belum kita tahu), saya rasa sulit untuk benar2 mendiskreditkan kreatifitas penulis yang mungkin secara implisit menyatakan bahwa di dalam ceritanya, Pontianak sudah memiliki fasilitas medis untuk transplatasi jantung, atau di dalam ceritanya, PT Arun adalah perusahaan minyak--meskipun penulis sebenarnya mungkin tidak bermaksud seperti itu, murni karena kurang riset saja.

    Iya gak sih, Mba? (garuk")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buatku, informasi sekecil atau setidak penting apapun bisa menjadi informasi yang berguna buat orang lain. Makanya aku salut pada penulis yang bersedia riset demi keakuratan informasi dalam bukunya supaya tidak timbul kekeliruan nantinya.

      Coba deh sekali-sekali baca novelnya J.D. Robb. Disitu si penulis menggambarkan suasana kota New York tahun 2058 dengan sangat futuristik. Ketika nanti tahun 2058 buku itu dibaca ulang oleh siapa pun dan ternyata penggambaran di buku itu tidak tepat, saya rasa mereka maklum karena buku itu ditulis pada jaman sekarang.

      Delete
    2. Ah iya, makanya kalau pertimbangannya adalah riset, memang saya rasa novel futuristik akan aman sampai titik tertentu, tapi fantasi sepertinya lebih timeless ya ^^

      Delete
    3. Sebagai orang yang ikut serta dalam proyek PT Arun (dan termasuk pilot project juga), aku nangis pas tahu PT Arun dibilang perusahaan minyak :)). PT Arun itu produk hasilnya gas ya, LNG bahasa kerennya :-)

      Mungkin si Tere Liye mesti jalan - jalan dulu ke Arun, itu juga kalau dibolehin sih :-).

      Delete
    4. Benar Mba, sepertinya penerbit juga menetapkan elemen info akurat sebagai bagian dari naskah layak terbit atau enggak juga karena melihat animo pembaca yang sudah lebih kritis, tidak bisa lagi dipuaskan dengan fiksi yang gak bisa relate ke dunia nyata. Bagian dari tren literatur.

      Itulah mengapa, saya pikir semua genre novel juga pasti ada risiko kontra dari pembaca. Bahkan high fantasy yang jelas2 settingnya bukan di dunia nyata masih bisa mendapat kritik semacam ini.

      Nanti kapan2 saya lihat karya J.D. Robb ;)

      Delete
    5. Situ pasti belum baca novel Angpau merah itu ya,put? Makanya bisa berteori kalo settingnya mungkin di masa depan

      Delete
    6. @ Ren : namanya juga PT Arun LNG Co. ya. LNG mah kepanjangannya Liquid Natural Gas. Bukan Liquid Natural Oil >.< Etapi, sekarang mah PT. Arun udah gak ada lagi, ren. diganti jadi PAG, dan gak ada unsur minyaknya ._.

      @ Dewi : padahal apa salahnya ya wi ditulis aja klo si bapak dirujuk ke Jakarta pake Jamkesmas trus dioperasi deh di RSCM.

      @Putri : klo bicara fantasi, itu beda lagi karena fantasi itu kan bicara imajinasi. Buku-buku yang saya sebutin diatas kan buku romance dengan sub genre contemporary romance dan romantic suspense.

      Delete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...