Friday 10 May 2013

#80 The Fault in Our Stars by John Green

Dear Augustus Waters,

Sekarang aku baru paham mengapa namamu banyak muncul dalam Best Books Boyfriends diantara para cewek-cewek BBI tahun lalu. Setidaknya ada Aul, Dewi, Mbak Desty, Phie, yang memilihmu. Dan Mbak Nissa yang langsung menggeser posisi Peeta sebagai book boyfriends-nya begitu mengenalmu.

"Pain demands to be felt."

Itu kata kamu, meski kamu juga nyontek dari buku Kemalangan Luar Biasa. Iya, kesedihan itu memang menuntut untuk diekspresikan. Toh kesedihan itu tak ubahnya seperti kegembiraan. Hanya masalah bagaimana  kita menyikapinya. Kita menangis saat sedih, kita juga menangis saat bahagia.

Bicara tentang kebahagiaan, aku bertanya-tanya itukah perasaanmu saat pertama melihat Hazel Grace di Support Group? Atau kamu malah memandangnya sebagai reinkarnasi Monica, pacarmu yang meninggal karena kanker otak? Tapi aku sendiri mengakui Hazel memang berbeda dari cewek mana pun. Hanya Hazel yang penuh percaya diri berjalan-jalan di mall dengan kanula oksigen terpasang di hidungnya bersama Phillip, si tangki oksigen. Iya, hanya Hazel-mu yang begitu.

Juga hanya Hazel-mu yang menganggap BiPAP sebagai seekor naga yang selalu menemaninya tidur lewat cara menyelaraskan nafas naganya dengan nafas Hazel yang sulit karena metastasis kanker thyroid-nya telah mencapai paru.

Dear Augustus,


Sekarang aku paham mengapa namamu pantas diabadikan sebagai Best Book Boyfriends. Cuma kamu yang bisa memetaforakan segala hal dalam hidup. Bahkan untuk sebuah rokok yang terselip di bibirmu berhasil menjadi sebuah metafora yang indah.

"Kau meletakkan pembunuh itu persis di antara gigimu, tapi tidak memberinya kekuatan untuk melakukan pembunuhan."

Kamu menantang rokok untuk mengambil hidupmu karena kamu tahu sebagai mantan penderita osteosarcoma, kanker yang relaps dan kanker yang bermetastasis ke organ tubuh lain serta komplikasinya-lah yang bisa mengambil hidup penderitanya.

Hidup memang butuh metafora agar getirnya hidup tidak begitu terasa. Iya 'kan?

Dear Augustus,

Bolehkah aku tahu siapa para peri baik hati yang memberi anak-anak penderita kanker sebuah keinginan untuk diwujudkan dalam hidupnya yang singkat? Peri-peri itu sungguh baik hati. Membuatku teringat pada mimpi terliar dalam hidupku. Mimpi untuk memiliki rumah sakit khusus untuk anak-anak penderita kanker, kelainan hematologi dan immunologi. Rumah sakit yang bukan seperti rumah sakit. Tapi lebih seperti taman bermain. Aku yakin kamu mengerti. Karena kamu bertemu Monica di taman bermain rumah sakit Memorial.

Kamu juga orang yang paling mengerti tentang pilihan-pilihan dalam hidup. Karena hidup memang penuh pilihan yang terkadang membuat galau. Tapi kamu sama sekali tak merasa galau saat menyerahkan keinginanmu untuk datang ke Amsterdam dan menemui Peter Van Houten, penulis kesayangan Hazel. Kalian datang memang disaat yang tepat. 

Amsterdam begitu indah ketika pohon elm tampak dimana-mana di sepanjang kanal-kanal, dan benih-benih pohon itu melayang tertiup angin. Tapi, itu sama sekali tidak menyerupai benih. Benih-benih itu sangat menyerupai kelopak mawar mini yang kehilangan warna. Kelopak-kelopak pucat itu berkumpul di dalam angin seperti sekumpulan burung yang ribuan jumlahnya, seperti badai salju musim semi.

Bahkan lelaki tua yang kalian temui di trem putih-biru itu sempat berkata "Iepen (pohon elm) menyebar confetti untuk menyambut musim semi." Confetti itu juga menyambut kalian, pasangan muda tak menye-menye yang mengerti cinta adalah tentang bagaimana tetap memegang janji. Meski terkadang orang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka mengucapkannya.

pic taken from here

Dear Augustus,

Sepertinya ini sudah terlalu panjang. Jadi kuakhiri saja cerita ini. Meski sebelumnya aku ingin mengungkapkan sedikit unek-unek tentang sampul dan judul terjemahan buku ini. Demi Tuhan, sampul sederhana namun indah itu mengapa menjadi sampul konyol bergambar kartun anak-anak. Judulnya yang diambil dari sepotong kalimat Shakespeare diterjemahkan menjadi Salahkan Bintang-Bintang. Padahal Cassius berkata, "The fault, dear Brutus, is not in our stars. But in ourselves."

Oh.. satu lagi. Dan ini benar-benar akan mengakhiri ceritaku. Aku benar-benar terpaku saat membaca eulogi Hazel buatmu. Cinta Hazel memang begitu besar buatmu.

"Augustus Waters was the great star-crossed lover of my life. Ours was an epic-love story, and I won't be able to get more than a sentence into it without disappearing into a puddle of tears."


















Sub Judul : Salahkan Bintang-Bintang
Penulis : John Green
Penerbit : Penerbit Qanita, Desember 2012
Tebal : 424 halaman
Genre : Young Adult
ISBN : 978-602-9225-58-7

@Halmahera
03052013


5 comments:

  1. Baru selesai baca buku ini minggu kemarin dan anehnya falling in love-nya malah dengan tokoh Hazel bukan August. Hazel dengan banyak flaws, tapi dengan segala kekurangannya itu yang membuat dia human.

    ReplyDelete
  2. *nangis lagi keingetan ceritanya setelah baca review*

    Reviewnya baguuuuus kak uthie :'D

    ReplyDelete
  3. aku baru selesai baca buku ini kemarin, dan buku ini bagus banget. Aku cintaa bangett sama August disini karena dia sangat perhatian terhadap Hazel. Dan sedihnya, August meninggal di buku ini. Belum move-on nih dari diaaa:( hehe. Adegan favorit aku itu pas August dan Hazel pengen pergi ke Belanda. Disitu mereka sweet bangett

    Btw, reviewnya bagus lohh :D

    ReplyDelete
  4. Keren banget, deh bukunya. Saya suka Hazel yang tegar, serta August yang........... uhmmmmm so loveable hehehe. :) sedikit pusing sih baca terjemahannya tapi tetep empat jempol bagi saya

    ReplyDelete
  5. Buku ini... entah kenapa beda ekspektasiku dengan filmnya. Hazel yang manis dan tegar memang cocok diperankan Shailene Woodley, namun kok aku merasa Augustus terlalu 'bad boy' ya kalau diperankan Ansel Elgort :D

    Terlepas dari hal itu, aku menyukai jalan cerita dan twist ending yang disuguhkan. Bagaimana semangat Hazel menghadapi penyakitnya - termasuk semangat orangtua mereka yang punya anak berpenyakit. Meski sad ending, aku cukup puas pada cerita ini, Gus tidak meninggal sia-sia karena ia menitipkan banyak kenangan superb manis dengan Hazel. Aaahh...

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...